Telemarketing adalah ujung tombak perusahaan dalam memperluas basis konsumen baru. 

Dengan mengandalkan telemarketing outbound, maka perusahaan dapat melakukan ekspansi kepada calon-calon pelanggan potensial. 

Sementara dengan mengandalkan telemarketing inbound, maka perusahaan dapat melakukan ekspansi dengan memfollow-up pelanggan-pelanggan inactive yang bisa direngkuh kembali.

Lalu apa tugas telemarketing yang baik dan kesalahan-kesalahan yang perlu dihindari? Tugas telemarketing yang baik adalah menyampaikan kepada pelanggan dan calon pelanggan mengenai layanan produk dan jasa. 

Pengetahuan mengenai produk dan jasa perusahaan menjadi hal utama yang mesti diketahui telemarketing. 

Oleh karena itu sebagai tenaga ahli penjualan perusahaan, pengenalan terhadap product knowledge perlu terus diperbaharui dan dilatih berulang kali. 

Dengan demikian ada beberapa kesalahan seorang telemarketing yang perlu dihindari ketika bertugas:

Pertama, kurang bisa menguasai produk. Karena seperti yang telah dijelaskan di awal. Bahwa telemarketing adalah tenaga ahli di bidang penjualan yang memerlukan pemahaman menyeluruh mengenai produk dan jasa perusahaan.

Jangan sampai ketika konsumen menanyakan mengenai hal-hal detail sebuah produk atau jasa, ternyata telemarketingnya tidak memahami secara menyeluruh. 

Hal ini tentunya dapat menggagalkan target perusahaan untuk merengkuh lebih banyak konsumen tentunya menggagalkan potensi pendapatan yang akan datang. 

Kedua, tidak melakukan follow up secara baik-baik kepada konsumen. Ada banyak konsumen yang sebal jika dihubungi berkali-kali. 

Oleh karena itu, seorang telemarketing perlu memahami bahwa proses follow up dapat dilakukan secara soft-selling tanpa harus terburu-buru. 

Bayangkan jika konsumen di follow-up terus menerus selama sehari dalam hitungan jam, tentunya tidak menyenangkan bukan. 

Telemarketing bisa mengingatkan konsumen dengan menambahkan info-info menarik mengenai produk. 

Misalnya dengan mengingatkan bahwa promo akan berakhir sayangkan ketinggalan promosi terhadap barang-barang incaran. 

Ketiga, telemarketing terlalu mengurusi hal-hal privasi pelanggan. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu privasi seperti hubungan percintaan.

Umur hingga soal gaji adalah hal-hal sensitif. Telemarketing perlu pintar-pintar dalam menyampaikan komunikasi, misalnya jika berkaitan dengan masalah privasi, bisa diberikan pengantar yang serupa. 

Misalnya jika target pelanggan adalah konsumen yang berpasangan, telemarketing tinggal menyampaikan bahwa produknya bermanfaat untuk pasangannya sekarang dan nanti. Cukup diplomatis kan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *